Sudut Pandang


Bertemu dengan berbagai macam orang. Baik yang baru kenal, atau pun yang sudah berpuluh tahun mengenal itu adalah kesukaan saya yang terbesar. Hanya duduk ngopi hingga malam merambat kelam, maunya hingga pagi namun jarang sekali bertemu dengan orang yang mau mengobrol hingga pagi, karena menjaga saya sebagai seorang perempuan. Jam sebelas malam pun batas yang paling malam untuk bergaul, hang out kata orang. Bukannya suka keluar malam, tapi di Jakarta ini, itulah waktu yang saya miliki, malam hari. Kenapa tidak hari sabtu atau minggu, selain hari itu seringkali digunakan untuk dinas, saya memang mengalokasikannya untuk mencuci, beres-beres kamar dan aktivitas yang melekat di kosan *baca tidur*. Hehehe. Yap hobi kedua saya setelah "bersosialisasi" adalah tidur. Saya orang yang mudah sekali tidur, alhamdulillaah, bahkan ketika tidak ngantuk sekalipun. Begitu kepala sedikit menempel ke meja, ke sandaran kursi, tembok, saya bisa dengan mudah tidur, tak perlu dengan angin semilir, cuaca panas pun saya bisa. *malah nyebar aib ki pye*. Namun sungguh, nikmat itulah yang saya rasa membuat saya jarang sakit, insyaAlloh. Hobi saya selanjutnya adalah menyanyi. Lha kok jadi bercerita hobi.

Kembali ke topik awal tentang hobi saya bertemu dengan bermacam orang. Berbagi cerita, fakta tentang hal yang sedang hangat, hal baru yang saya belum tahu, dan event yang menarik minat kami. Topik yang paling saya suka adalah agama, sastra, psikologi, kemudian yang lain-lain. Bukan berarti topik lain saya tak suka. Semua topik saya suka, cuma lebih tertarik banget sama topik yang saya sebut sebelumnya. Kalau orang bilang "keledai tak mungkin terjerumus 3 kali di lubang yang sama" kalau saya bilang "tak perlu terjerumus untuk tahu bahwa terjerumus itu tidak enak". Maka itu saya suka sekali berbagi pengalaman dengan orang lain. Apalagi tentang pengalaman yang belum pernah saya alami. Misalnya mengandung, melahirkan, mengasuh anak dan pengalaman lain yang belum saya alami sendiri. Menurut saya hal itu penting untuk diketahui, tapi tak harus mengalami dulu kan untuk tahu kan? Jadi saya sering memberikan tips pada teman-teman yang sedang hamil atau baru melahirkan. Padahal sendirinya belum mengalami, tapi mereka semua mendengarkan saran saya karena kebanyakan memang bermanfaat *kok jadi GR sendiri*. Inginnya siy cepat menikah dan punya anak, tapi sekarang saya sedang pada fase menunggu jodoh dari Alloh SWT. *jadi curhat piye toooh* hihihihi.

Berbagi cerita dengan banyak orang, membuat saya mengerti pendapat mereka tentang suatu masalah. Bila berseberangan dengan pendapat saya, saya akan mencoba ikut melihat dari sudut pandang mereka. Saya orangnya susah terpengaruh, namun saya belajar untuk memahami sudut pandang dan alasan-alasan dibalik pendapat mereka. Bagi saya ini sangat menarik, karena tak semua kepala memiliki background pendidikan, agama atau tingkat sosial dan kepentingan yang sama. Perbedaan-perbedaan inilah yang menurut saya membuat pembahasan suatu permasalahan menjadi menarik. Menurut saya, hal ini bisa mengasah kepekaan seseorang. Yaa pastinya kita memiliki pendapat, namun kita tidak akan ngotot membabi buta bila kita menyadari bahwa banyak orang yang mungkin tidak sama persepsi dengan kita. Kita akan berusaha mencari tahu dimana letak perbedaan pandangan pembahasan suatu masalah. Kita tak akan marah bila kita berseberangan dengan pendapat mereka, karena ketika kita mampu menyadari sudut pandang yang berbedalah yang menyebabkan kita susah menemukan titik temu. Namun bila yang kita semua menyadari kita tidak hidup sendiri, bahwa bisa saja kita melihat sesuatu itu merah, tapi bagi orang lain itu pink, bagi orang lain coklat, dan bagi orang lain lagi itu ungu *jauh benerrr bedanya* kita akan mampu menahan diri untuk fanatik buta, kita akan mampu menahan diri dari perdebatan yang tidak berguna. 

Contoh yang paling populer adalah tiga orang buta yang diminta untuk mendeskripsikan tentang gajah. Salah satu memegan telinga, satunya memegang belalai, dan satunya memegang ekornya. Tak akan sama, tak akan pernah sama deskripsi gajah dari mereka, kecuali mereka mau saling bergantian posisi untuk mengetahui bahwa yang mereka perdebatkan adalah satu obyek. Intinya siy, yang juga menjadi catatan saya, berdiskusi, sharing, tak perlu pake otot, cuma butuh waktu yang lebih untuk mau saling mendengarkan. Setelah memahami orang lain, insyaAlloh orang lain pun akan mau memahami kita. Tak adil kalau kita memaksakan pendapat tanpa meluangkan waktu untuk mencari tahu. Mari berdiskusi dengan  hati yang bersih, itikad yang baik dan otak yang dingin. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Journey (1)

Cerita Semesta

me guapo