Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2012

waktu

Kala senja telah makin pekat Kudengar kabar yang kunanti Apakah memang telah mendekat Atau hanya menghibur hati? Ah, aku tak tahu apapun kini Hanya berharap pada Ilahi Agar dituntun diri ini berdiri Kuat tegar mandiri Memulai perjalanan yg hakiki Yang memang harus sendiri Memulai dari nol lagi Benar-benar hanya seorang diri. Published with Blogger-droid v2.0.4

Tenang, Dev!

Pernah suatu ketika katamu, badai besar menghampirimu,  memporandakan telaga indahmu, melenyapkan suasana teduhmu. Beri waktu padaku,  untuk sejenak mengeluh. Kau tepati itu. Kesenangan pun singgah,  menyeruak menghapus gundah,  menyusut airmata, menggantinya menjadi tawa. Kau pun berkata,  sudah seharusnya. Karena roda tak diam. Roda terus berputar,  merangkak,  mendekat tujuan. Kali ini kabut turun lagi,  kedukaan yang pekat,  tak terlihat pagi,  tanah pun tak bersekat. Ku bersiap berikan waktu,  kau bilang takkan lagi mengeluh. Kau bilang,  pada dirimu saja,  tenang Dev, kau berkata  telagamu telah poranda,  teduhmu pernah sirna,  terparah pernah kau rasa,  Kau pun berkata kabut ini pasti kan tiada,  kan berganti indah,  seperti dulu saat,  bahagia menyapa,  menyimpul tawa. Tenang Dev,  aku berjaga untukmu, kata dia  aku selalu disini mendengarmu, kata dia Kembali kau berkata, yang harus kaulakukan

Jualan Saya!

Gambar
Berikut adalah barang handmade adik saya.  Kami lagi merintis usaha nih.. Mampir yes.. silahkan lihat-lihat.  Baru sedikit siy, semoga menyusul lainnya. Kalo berminat bisa mensyen twitter id: dephiedepp   Bros Bunga Mawar. Rp. 6.000,- Bros Kancing Rp. 3.500,- Bros Bunga Ceper. Rp. 6.000,- Bros Bunga Keriting. Rp. 6.500,- Bros Pelangi. Rp. 6.500,- Bros Bunga Warna Rp. 6.500,- Bros Bunga Segilima. Rp. 6.500,-

Sudut Pandang

Gambar
Bertemu dengan berbagai macam orang. Baik yang baru kenal, atau pun yang sudah berpuluh tahun mengenal itu adalah kesukaan saya yang terbesar. Hanya duduk ngopi hingga malam merambat kelam, maunya hingga pagi namun jarang sekali bertemu dengan orang yang mau mengobrol hingga pagi, karena menjaga saya sebagai seorang perempuan. Jam sebelas malam pun batas yang paling malam untuk bergaul, hang out  kata orang. Bukannya suka keluar malam, tapi di Jakarta ini, itulah waktu yang saya miliki, malam hari. Kenapa tidak hari sabtu atau minggu, selain hari itu seringkali digunakan untuk dinas, saya memang mengalokasikannya untuk mencuci, beres-beres kamar dan aktivitas yang melekat di kosan *baca tidur*. Hehehe. Yap hobi kedua saya setelah "bersosialisasi" adalah tidur. Saya orang yang mudah sekali tidur, alhamdulillaah, bahkan ketika tidak ngantuk sekalipun. Begitu kepala sedikit menempel ke meja, ke sandaran kursi, tembok, saya bisa dengan mudah tidur, tak perlu dengan angin sem

~Rasaku~

Kalau kau tanya mauku apa aku mungkin menjawab. Kalau kau tak tanya, jelas tak ada alasan bagiku untuk menjawab. Kalau kau bertanya bagaimana perasaanku, mungkin aku akan menyatakannya. Kalau kau tak tanya, jelas tak ada alasan bagiku untuk menjawab. Bercerita bagiku bukan sekedar kata yang omong kosong. Bercerita sarana untuk saling mengenal, berbagi cerita, sedikit bertentangan pada satu atau dua hal dan bahkan berbagi senyum lewat cerita ringan yang tidak penting. Bercerita mampu pula mereda gundah gulana duka nestapa. Pun berbagi bahagia dan rahasia kecil tentang diri masing orang. Namun ku harap bercerita tak lantas menjadi hal gosip tak penting yang tidak bertujuan. Bercerita bukan pula sarana yang kau gunakan untuk mengetes rasaku untukmu. Tidak. Bukan itu. Kau tak akan tahu rasaku. Segala tanggapan atas ceritamu adalah karakterku. Bukan perasaanku. Aku tak akan mengatakan kejarlah dia saat kau bercerita tentang seorang gadis yang menarik perhatianmu,kalau yang kau tanya ada

#PengenCurhatAja

Kenapa sih, menulis harus ada judul? Susah tahu! Bagiku menulis saja sudah susah. Menulis yang runtut, yang bercerita, yang bermakna, yang memuat realita, dengan ending yang masuk akal dan tak memaksa. Hah. Susaaaaah. Begitu punya ide menulis, inginnya dinikmati, eh tapi belum selesai dinikmati malah stres duluan mikir ending yang bagus untuk cerita itu. Pas sudah nemu ending, eh jalan untuk menyambungkan cerita ke ending yang kita inginkan susahnya minta ampun. Jadi tak masuk akal akhirnya kalau terlalu memaksakan ending yang pertama kita pikirkan. Alur sih mengikuti saja ya. Hendaknya memang sebelum menulis kita bikin plot, agar cerita runtut saja. Susahnya kalau di tengah kita menulis, tiba-tiba tercetus ide dengan ending yang berbeda sama sekali dengan plot yang sebelumnya telah kita buat, sia-sialah pekerjaan kita sebelumnya.

Bapakku tercinta

Wajah lelahmu,  sungguh ingin ku peluk,  tetes peluhmu  sungguh ingin ku susut. Keluh kesah runtut terkata membuncah rasa yang terlalu lara. Rasa tertekan yang meraja peristiwa yang bertahun mendera. Bukan ku tak mau dengar kisahmu aku hanya tak mau mengulang salahku. Terlalu dalam kurasa yang tak seharusnya mencuatkan benci yang tak semestinya. Aku sudah dewasa, Pak aku bisa memutuskan aku tak akan memihak siapa aku tak akan menambah bara. Aku pun lelah,  lelah berpeluh pun jengah untuk mengeluh. Susahmu selalu menjadi susahku Bahagiamu selalu menjadi utamaku Hanya doa yang bisa kupanjat dikaruniakan bahagia dan sehat diberkahi sepanjang umur dalam segala tingkah laku dan tiada lagi duka laramu semoga yang ada bahagiamu selalu. dari anakmu, yang selalu mencintamu

Angan Cinta Sang Kekasih

Susi tidur-tiduran di kasur, memainkan blackberry Jeri, sang suami. "Jeri mulai sembunyi-sembunyi. Blackberrynya dipasang password , yang aku tak tahu apa dan tak diberitahu apa. Semua hal yang pernah menjadi password nya sudah ku coba. Tak ada satupun yang berhasil. Untungnya dia tak tahu aku mencobanya. Tiap pagi kucoba sekali waktu dia mandi. Tiap malam kucoba lagi sekali. Belum pernah berhasil! Kira-kira sudah seminggu inilah. Jeri juga punya akun twitter. Tapi karena akunnya dikunci, aku harus diijinkan olehnya untuk mem follow nya. Sudah kukatakan padanya untuk meng- approve permintaanku. Tapi sampai kini sudah 3 harian ini deh, masih belum juga. Aku tahu sih dia sibuk, tapi masa iya tak sempat. Bagaimana tak curiga. Huh." gerutunya. Jeri memasuki kamar mereka. Mengambil blackberry , mengecek sebentar. Tersenyum kecil, senyum yang tertangkap mata sang kekasih. Susi beranjak pergi ke kamar mandi.  "Baju warna ungu tuaku sudah disetrika?" tanya Jeri.

Monolog Hati

Prolog: Terlihat sang Aku duduk di pinggir danau dibawah pohon rindang. Matanya kosong. Tangannya menggenggam erat memukul-mukul pangkuannya. Aku harus benar melupa. Segala suatu tentangmu harus dihapus tuntas. Tak boleh tersisa . Tegasku . Hahaha. Hei, tawa siapa? Kurang ajar! Kusapukan pandangan. Aku ada di pikiranmu. Begitu saja tak tahu. Dasar Dungu! Begitu Mengaku tahu rasamu?!Pake mau dihapus? Tuntas?!Hahahahahaha! Tawa itu kembali bergemuruh sungguh tak merdu . Mengganggu! Kubenturkan kepalaku pada pohon kokoh tempat ku bersandar. Berharap pendengaranku cuma salah frekuensi saja. Seketika tawa ganti mengaduh. Benar dia ada di otakku , sangsiku. Bodoooooh.. tentu saja aku di hatimu. Ampuuuuun bodoh tak tertolong! Kalau masih sangsi lihat benjol di jidatmu! suara sinis itu terdengar lagi. Kemana saja kau baru muncul? Tak pernah ku dengar suara sekasar ini, kataku bergidik, apalagi tawa sinis milikmu. Asal tahu saja tawaku merdu. Gerahku penuh tantangan. Hahah