Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2013

Cerita Semesta

Aku cerah melihat senyummu, kata Mentari kepada Bulan suatu kali. Hah, tentu saja, aku memang menceriakan setiap mata, sanggah bulan malu-malu. Bisakah aku melihatmu setiap hari, kata Mentari. Tentu, aku tak akan memintamu membayar, tawa Bulan pun berhamburan. Bisakah aku duduk dekat denganmu di suatu bioskop? tanya Mentari. Hah? Tapi bagaimana dengan Bintangmu? tanya Bulan. Bintang tak akan cemburu, dia mengerti kau sahabat yang mengerti aku, jelas Mentari pasti. Aku mau saja, tapi rasaku tak pantas, jadi maaf, aku tak mau, jawab Bulan mantab. Kau berlebihan, Menteri terlihat sedih. Aku memang berlebihan jawab bulan tanpa ragu. Mentari terdiam. Bulan pun berlalu.

dialog hati

Cengeng, katamu Aku masi terisak. Entah kenapa aku diam tak menentang. Kamu pun terhenyak melihatku diam. Cengeng, katamu lagi. Kali ini dengan nada yang manis. Entah mulai mengerti atau cuma menyadari aku mulai terisak lagi. Cengeng, katamu. Aku merasa nada tinggi yang dipaksakan. Aku tetap tergugu, masih tak mau menentang matamu. Cengeng, kali ini matamu yang bicara. Aku sudah menatapmu. Menatap matamu yang marah namun tak lagi padaku. Aku raih tanganmu, dalam diam kuungkap semua rasaku Aku tahu kau tahu aku telah mengaku Segenap hati, ku lepaskan kamu Hai kamu, bahagialah Hai kamu, mencintalah Hai kamu, Aku akan selalu ada Untuk membagi suka bahkan airmata Pelukku untukmu. --Phnom Penh, Januari 2013--