Sang Sekretaris


~ SANG SEKRETARIS ~

Dulu, waktu aku masih kecil sampe SMA, kalau mendengar kata sekretaris pasti akan langsung berpikir, tentang pekerjaan yang bergengsi, banyak duit, dekat dengan bos yang ganteng. Haha! Karena itu sekretaris pasti perempuan yang cantik, wangi, menor dan modis. Jadi, tidak mungkin aku jadi sekretaris. bukan karena aku tidak cantik *halah* tapi lebih karena aku bukan tipe orang yang memperhatikan penampilan apalagi modis, jauuuuh dari itu. Aku adalah tipe orang yang nyaman dengan lowheels, ke kantor tanpa make up, gak suka semprot sana sini pake parfum, cukup kisspray ungu yang disemprotkan ke baju skalian menyetrika, baju casual dan santai. Jadi, kalau berdasarkan kriteria wangi, menor, dan modis, aku gak akan pernah suitable to become the secretary. hoho.. Kalau cantik masih masuklah *maksa haha..


BUT it turns out that Alloh's will is beyond ur imagination. Bayangpun, aku yang tidak pernah sibuk (cerita tentang nganggurnya aku dan terpaksa makan gaji buta *halah itu belum sempet ku posting -- penulis), mendadak harus jadi sekretaris. Yap Sekretaris, yang harusnya wangi, menor dan modis. STRES, itu yang pertama terjadi. Oia, sekilas tentang sekretaris ya. Sekretaris adalah suatu fungsi yang sangat penting dalam menjaga kelancaran pelaksanaan tugas sang Bos. Sekretaris - masih menurutku- harus memiliki ingatan jangka panjang yang tak terbatas. Mulai dari event yang akan datang, dari waktunya, tamunya, tempatnya, dari mulai yang nanti sore, besok pagi sore siang malam, bulan depan, dan bahkan tahun depan! Nah loo.. matilah aku. Aku yang merasa the one with most short term memory lost. Bahkan kalau mau ngerjain apa tapi mendadak kepotong nerima telpon ato mendadak ngerjain deadline yang gak nyambung sama yang akan aku kerjain dijamin aku lupa sama apa yang aku mau kerjain. Dan proses restore ingatan itu bisa sampe 6 jam itu paling cepet dibantu dengan dibentak-bentak *alay dan lebay..wkwkwk.. I definitely DON'T meet the criteria(s).

Dimulai dari bangun lebih pagi. Berangkat lebih pagi. Sarapan di kantor. Makan siang di kantor. sholat dhuhur di kantor, sholat ashar di kantor, sholat magrib di kantor, sholat isya' di kantor (kadang2 klo yang ini). Kehidupan sosial yang terenggut *lebay tergantikan dengan kehidupan sosial yang via telepon kantor, sahabat sang sekretaris. Dari teman sesama sekretaris di K**** , sekretaris di K****** asing sampai dari temen dari lembaga A****. Berasa punya temen berjuta deh. Walaupun ga pernah face to face tapi kami akrab banget *aku siy jelas tukang SKSD.. xixixi. Tapi yang paling bikin amazing adalah ketika temen sekretaris yang dari Bogor bilang, "Tumben dev, ga berakhir dengan maturnuwun dan sami-sami" , "Eh," kataku gak ngeh, "Ya kan biasanya katanya kamu ujung-ujungnya ketemu orang jawa." Eh iya lo, kalo diingat-ingat semua temen2 baik dari direktorat, karena logatku sangat medok jawa, mereka yang orang jawa jadi ngomong jawa, dan yang ga jawa pun jadi ngikut ngomong dengan logat jawa. Saat jadi sekretaris pun hari sabtu dan minggu harus waspada dan tetap stand by phone. Pokoknya jangan sampe kelewat bawa hp kemana pun, akibatnya bisa gawat kalo ga aware sama hp. Yaah, minimal digantung lah hari seninnya.. *eh.

Manfaat yang kerasa banget, saya jadi lumayan pede bergaul dengan yang "bukan kasta" saya. fiuuh.. Informasi harus selalu (terpaksa) ngapdet. Apa-apa ya memang harus tahu lebih dulu, enggak bisa enggak. Ajaibnya dipaksa begitu pelan-pelan memori saya pun menjadi baik, alhamdulillaah. Saya sekarang jadi terbiasa untuk mengetahui sesuai hingga mendetil. Contohnya undangan rapat, akan selalu saya tanya lokasi, jam, pembicara, siapa saja yang hadir, bahan rapat, hingga dresscode. Hal itu terus akan saya apdet hingga detik terakhir terlaksananya kegiatan itu. Catatan kecil (yang tersebar dimana-mana) pun selalu saya buat untuk mengingatkan aktivitas apa yang harus saya lakukan setelahnya. Tidak menunda pekerjaan juga point yang sangat penting disini. Sekali kita menunda untuk mengapdet dan ternyata memang berubah salah satu unsurnya entah waktu atau kondisi politik kita akan sangat kena marah. Saya, jangan ditanya berapa kali kena marah. Berulang-ulang! Pake acara nggebrak meja pula kan. Hahahahah.. Sangat mendebarkan pada waktu itu. Namun saya memang pantas menerimanya. Saya ceroboh. Namun Sang Bos tak pernah marah lebih dari satu waktu. Setelah itu beliau baik lagi. Dari situ saya belajar untuk mengakui kesalahan saya. Karena dengan mengakui kita akan lebih mampu belajar menjadi benar dan melakukan yang benar.

Segitu dulu yak.. mengingat note ini udah dibikin dari setahun yang lalu. Semoga bermanfaat.

~We'll never know where our destiny leads us. Follow it, make the best of it, when you fall, remember to stand up even taller, when you stop remember to go even faster. We ourselves who can push us out of our boundaries. Never put limitation on what we are doing. Berdoa! Bekerja! Tawakal! InsyaAlloh. :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Journey (1)

Cerita Semesta

me guapo